Senin, 20 Juni 2011

Perubahan Untuk Negeriku

Sudahkah anda bosan dengan segala permasalahan yang ada di Indonesia tercinta ini. Mungkin kita bertanya-tanya, kenapa masalah ini bermunculan silih berganti, dan tak kunjung usai. Adakah solusinya? Adakah usaha untuk merubah nasib bangsa ini?
Reformasi tahun 1998 adalah usaha untuk berubah menjadi lebih baik. Namun, hingga kini arah perubahan itu tidak tahu entah kemana.

Ditengah kemarahan saya menuntut perubahan pada negeri ini, tersadarkan diri ini. Ada cara yang tepat untuk merubah negeri ini menjadi lebih baik, lebih damai, lebih nyaman, lebih aman, dan lebih dari yang diinginkan kita semua.

Ini puisi yang terukir di batu makam di Westminster Abbey, Inggris yang membuat saya mengerti dimanakah perubahan itu harus dimulai.

Ketika aku masih muda dan bebas berkhayal,
aku bermimpi ingin mengubah dunia.
Seiring dengan bertambahnya usia dan kearifanku,
kudapati bahwa dunia tidak kunjung berubah.
Maka cita-cita itu pun agak kupersempit,
lalu kuputuskan untuk hanya mengubah negeriku.
Namun nampaknya, hasrat itu pun tiada hasilnya.
Ketika usiaku semakin senja,
dengan semangatku yang masih tersisa,
kuputuskan untuk mengubah keluargaku,
Orang-orang yang paling dekat denganku.
Tetapi celakanya,
Mereka pun tidak mau diubah!
Dan kini,
sementara aku berbaring saat ajal menjelang,
tiba-tiba kusadari:
” Andaikan yang pertama-tama kuubah adalah diriku,
Maka dengan menjadikan diriku sebagai panutan,
Mungkin aku bisa mengubah keluargaku.
Lalu berkat inspirasi dan dorongan mereka,
bisa jadi aku pun mampu memperbaiki negeriku;
Kemudian siapa tahu,
Aku bahkan bisa mengubah dunia!

Jadi, mari menjadi agen perubahan. Menuju Indonesia Raya yang Gemah Ripah Loh Jinawi Toto Tentrem Kerto Raharjo.
Untuk anakku Daffadin Nabil Saputro (2 Tahun 4 Bulan), mari kita bangun negeri ini didalam perilaku kehidupan sehari-hari.

Selasa, 14 Juni 2011

Bajai di Pekan Raya Jakarta

Akhirnya dengan rencana dadakan, kami sekeluarga meluncur ke PRJ di Hari Minggu dari Bogor jam 10 pagi. Alhamdulillah, jalan TOL pagi menjelang siang saat itu begitu kami nikmati bener-bener arti dari jalan bebas hambatan. Meskipun sempet "nyasar" setelah keluar TOL, akhirnya nyampe juga ke PRJ. Maklum agak buta jalanan Jakarta jadi ngikuti plang hijau jalan aja. Masuk lewat Pintu 2 (klo gak salah), dengan membayar Charge parkir Rp. 15.000,00 kami mencari tempat di Parkir Timur. Apakah karena kami datang mungkin agak pagi atau gimana, dengan mudahnya kami dapat tempat parkir. Hehe, dapet tempat parkir tanpa harus muter2 di acara kaya PRJ ini sudah bersyukur banget.

Kami masuk melalui Pintu D, setelah membayar 2 X Rp. 25.000,00 untuk tiket masuk. Anakku, Daffadin yang berusia 2 tahun 3 bulan tidak dikenai tiket masuk. Karena Daffa bisa berjalan dibawah gawang ketinggian anak  ada didepan loket. Jika ketinggian anak dibawah gawang, maka tidak perlu membayar tiket. Oh ya, tiket berupa kartu semacam kartu masuk dan selembar kupon-kupon. Untuk masuk, tiket sebaiknya dibawa sendiri-sendiri. Hal ini untuk memudahkan petugas mengecek tiket masing2, apalagi pintu masuknya cuma bisa dilewati 1 orang.


Begitu masuk, rasa adem mulai terasa. Yang tadinya puanas, sekarang jadi sejuk. Daffa pun mau turun dari gendonganku dan jalan sendiri. Gak lama jalan beberapa stand setelah masuk, ada stand mainan anak-anak dari kayu. Ada mainan kayu model bus transjakarta, model truk, model metromini, model bajai pun ada. Alhasil anakku yang emang doyan mainan mobil-mobilan langsung sumringah, ditarik tanganku ngasih tahu mobil-mobilan itu. “Ayah...ayah..mobil...mobil...”, dengan semangat menunjukkan kegemarannya. Ketika aku tawarkan ke Daffa, apakah dia mau mobil. Dia langsung menunjuk ke kendaraan roda tiga transportasi umum khas ibukota, Bajai. Namun bukan sembarang bajai, ini bajai tentara. Pinternya si abang yang jualan, bajai yang biasa warna orange, dibuat pilihan lain dengan corak warna tentara. Bajai nya ini diikat dengan tali untuk ditarik. Begitu ditarik ini bajai, walah... keluar suara TOK...TOK...TOK.... mirip bajai sungguhan. Semakin kenceng jalannya, semakin seperti di gas bajai nya. Hehe, tersenyum dalam hati lucu juga mainan home made ini. Setelah Bundanya tawar menawar harga pas tancap gas.


Dengan semangat45, Daffa menarik bajai corak tentara dengan bendera Indonesia di tutup atasnya. TOK..TOK..TOK... agak berisik, namun namanya anak kecil dengan mainan barunya cuek sajalah. Hitung itung buat alarm pergerakan Daffa. Sepanjang jalan keliling Hall D, mendadak seleb sepertinya Daffa. Dengan wajah tak berdosanya, tidak sadar jadi perhatian banyak orang. Apalagi Daffa nggak mau dipegang tangannya, alhasil kami berdua yang mengikuti gerak langkah kecil yang diikuti mainan barunya. Senyum simpul disetiap wajah orang yang melihat Daffa, berjalan. Hihi, dalam hati saya ini anak pede banget. Narik mainan bajai yang mengeluarkan suara khasnya, di era serbuan mainan modern dari luar negeri. Seolah-olah blast from the past mainan kayu buatan dalam negeri ini membangkitkan memori nostalgia masa kecil orang-orang yang memandangi Daffa dan bajainya. Ada perasaan senang melihat senyum orang-orang yang menghentikan aktivitasnya sejenak untuk melihat sumber suara yang mirip sekali dengan bajai. Sebenarnya, kami pikir tadi banyak juga yang membeli bajai ini, namun tidak kami temui bajai-bajai yang lain. 



Bang..bajai...bang... teriak menggoda salah wanita seorang penjaga stand kepada Daffa. Hihi, dengan lempengnya Daffa jalan terus bebas hambatan menikmati PRJ ini. Orang yang didepan Daffa pun sengaja berhenti memberikan jalan, penasaran dengan suara bajai mainan Daffa. Tidak terasa 2 jam sudah kami berjalan, dan tidak terlihat rasa capek di wajah anakku. Bundanya pun merasa heran dengan tingkah buah hatinya ini, dengan cuek dan cerianya Daffa menembus keramaian PRJ. Dari Hal D ke Hall A, lanjut ke Hall B. Tiba-tiba ada ibu-ibu menghentikan langkah kami, “Bu, beli dimana Bajai nya?” tanyanya kepada istriku. Oh, ternyata seorang ibu2 mencari informasi dimana tempat membeli mainan bajai ini. Begitu uniknya memang, dimana kami mencari sesuatu yang khas di PRJ ini.  Ternyata kami mendapatkan yang lebih dari sekedar barang kayu berbentuk bajai dan berisik TOK...TOK...TOK...


Menjelang sore hari setelah melalui Hall C dan E, kami putuskan untuk pulang. Ternyata begitu banyak keceraiaan hari itu, pengalaman yang menyenangkan di PRJ.

DIY : Rak Diecast 1:64

Sudah lama saya tidak mengisi blog ini,... baru ada bahan berbagi cerita dan karya... Kali ini saya akan menceritakan Rak Diecast 1:64 kary...